Senin, 21 November 2016

Kumpulan cerpen

KUMPULAN CERPEN
Hy guys kali ini gua bakal mosting hasil karya tulisan cerpen gua, semoga kalian suka. Gua baru belajar nulis dan pingin jadi penulis kalau bisa amin. Selamat membaca ^_^...


SELAMAT JALAN, SAHABAT
                               
          Huhh..huhh..huhh.. nafasku terasa sesak dan tidak beraturan, dengan keringat yang bercucuran membasahi seluruh tubuhku dengan keadaan setengah sadar,kucoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi padaku tadi, “ ternyata tadi hanya mimpi, syukurlah ” gumamku dalam hati. Entah belakangan hari ini aku bermimpi buruk, aku pun tak tau kenapa mimpi ini selalu muncul, apakah ini karena kejadian itu. Benar-benar kejadian buruk yang menimpaku hingga aku harus kehilangan seseorang yang ku sayang, dalam sebuah kecelakaan itu kulihat kondisinya yang penuh dengan lumuran darah dan luka disekujur tubuhnya. Tidak tau kenapa aku kembali membayangkan kenangan buruk itu lagi, aku harus berusaha melupakannya kejadian pahit dalam hidupku. Duka yang teramat dalam kurasakan saat ini, hidupku terasa hampa saat ini, semangat hidup pun tak ada sama sekali, aku hanya ingin menyendiri untuk saat ini menutup diriku untuk dunia sampai aku siap menerima kenyataan.
            Walau aku hanya mengenalnya dalam waktu singkat, namun dia telah membuat hari-hariku yang tadinya hampa dan kosong berwarna. Iya, dia sahabat terbaik dalam hidupku, seseorang yang sangat mengerti diriku, orang yang bisa mebuatku tetap tersenyum dalam berbagai keadaanku ditengah masalah yang menerpa diriku dirumah yaitu pertengkaran orangtuaku dirumah, rumah seakan bagai neraka bagiku, tidak ada ketenangan ataupun kedamaian di sana, hanya bersama dialah aku bisa merasa tenang dan nyaman. Dia adalah tempat pelarianku saat aku lelah dan tidak ada tempat untuk bersandar, kepadanyalah aku berkeluh kesah tentang hidupku, keluarga dan segala hal tentang hidup yang membuatku muak menjalaninya, andai saja aku bisa seperti dia mempunyai kehidupan yang tenang walaupun dengan kesederhaan yang dijalaninya, percuma kekayaan dan kemewahan tanpa adanya ketenangan dan kedamaian. Tiap hari aku pergi meninggalkan rumah dan tinggal bersamanya, dirumahnya yang sederhana dengan keluarga yang sangat ramah padaku tanpa mempedulikan status sebagai anak orang kaya ataupun miskin mereka menerimaku apa adanya, memberikanku kasih sayang yang sama seperti yang mereka berikan pada sahabatku. Andai saja ayah ibu tidak sibuk bekerja serta tidak selalu bertengkar karena masalah kecil, andai saja mereka selalu dirumha dan memberikanku perhatian serta kasih sayang yang selama ini kubutuhkan, aku pasti akan sangat betah tinggal dirumahku sendiri, bukan malah melarikan diri dari rumah yang terasa seperti neraka itu. Aku tau mereka selalu memberikan apapun yang aku mau, semua fasilitas hidupku telah ditunjang mulai dari sekolah dan banyak hal lainnya bahkan diumurku yang masih 15 tahun ini aku sudah mempunyai 2 buah mobil dengan merk kenamaan dunia, mungkin nanti saat usiaku menginjak 17 tahun mereka akan memberiku pesawat atau bahkan kapal pesiar.
            Hari ini aku akan mengajak sahabatku pergi jalan-jalan bersamaku, aku mengajaknya berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan ternama, aku hanya ingin menyenangkan hatinya dengan membelikannya beberapa barang di hari ulang tahunnya yang ke 15 tahun. “ Ica mau beli apa, nanti aku bayarin deh! Ica harus beli loh, awas kalau engga’. Aku bakal marah ma Ica! “ ucapku pada Ica, sahabatku. “ Al, buat apa sih kamu suruh aku beli barang mahal begini. Aku ga’ mau ah, nanti ngerepotin Al lagi. Ayuk kita pulang aja Al “ jawabnya padaku dengan suara khasnya yang sedikit malu-malu. “ Ica kan sahabat aku ga’ apa-apa ko’. Lagian kan hari ini Ica ulang tahun aku mau beliin kamu kado di hari ultah Ica sekarang “ ucapku pada Ica dengan nadaku yang memaksa. “ em, baiklah. Tapi aku tak tau harus memilih apa Al, semua barangnya mahal-mahal. Aku kan ga’ pernah kesini sebelumnya Al! “ jawab Ica dengan nada polos dan lugunya. “ baiklah aku yang akan memilihkan untuk Ica, Oke! Ingat Ica harus terima dan pakai ya! “ ucapku pada Ica, diapun hanya mengangguk, menyetujui ucapanku. Akupun memilihkan eberapa setel baju, tas, sepatu dan juga beberapa barang  yang kuanggap bagus untuknya. Seusai kami membeli hadiah, aku mengajaknya ke sebuah toko kue untuk membelikannya kue ultah, aku pun memilih kue ultah dengan rasa blueberry karena dia menyukai kue rasa itu. Lalu aku segera bergegas mengajaknya ke sebuah taman, tempat kami biasa berkumpul dan menikmati waktu kami bersama tanpa ada beban apapun. Kami menikmati kue tadi bersama dengan perasaan yang gembira, tak lupa aku mengucapkan “ selamat ultah Icaku sayang, semoga panjang umur dan sehat selalu. Semoga kita selalu menjadi sahabat selamanya “. Ica pun menjawabnya “ iyah, makasih Alyaku sayang “. Tidak terasa hari semakin senja, waktu terasa sangat cepat saat kami bersama baru saja rasanya kami bersama sudah harus berpisah. Aku dan Ica segera bergegas pulang, kondisi jalanan sangat ramai saat itu dan jga tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, kenapa juga tadi aku tidak membawa mobil sendiri. Aku pun memutuskan untuk mencari taksi sebagai kendaraan pulang kami, tapi tiba-tiba syal kesayanganku terjatuh ditengah jalan, syal pemberian Ica dari hasilnya merajut selama sebulan sebagai kado ultahku, aku menganggap syal ini lebih berharga dari apapun. Aku segera mengambil syal itu ke tengah jalan tanpa menghiraukan kendaraan yang lalu lalang ramai ditengah hujan deras ini, namun tiba-tiba Ica menarik tanganku “ Al, udah biarin aja jangan diambil syalnya, nanti kamu kenapa-kenapa lagi Al. aku khawatir, lagipula itu hanya syal biasa nanti aku buatkan lagi “ ucap Ica padaku. Namun aku tidak mendengarkannya dan tetap mengambil syal itu ditengah jalan, saat aku telah mengambil syal itu tiba-tiba Ica berteriak “ Al, awas ada mobil dibelakangmu “ . Aku sontak terkaget, tubuhku terasa terpaku tak dapat bergerak menghindari mobil yang sebentar lagi akan datang ke arahku “ Tuhan mungkinkah ini saat-saat terakhirku di dunia ini, jika iya maka kumohon jagalah sahabatku Ica “ ucapku dalam hati. Namun di tengah derasnya hujan ini, aku melihat samar-samar sahabatku berlari ke arahku dan mendorongku ke tepian jalan sedangkan dia…….. belum sempat dia menghidari mobil yang menuju ke arahku, tubunya telah tertabrak mobil itu. Aku yang masih tidak sadar apa yang terjadi, seketika melihat tubh mungil Ica telah berlumuran dengan banyak darahnya. Aku segera berlari dan memeluknya, ditengah derasnya hujan yang turun kenapa hal ini harus terjadi padanya. Dia hanya berkata “ Al, ka..mu.. baik..baik..sa..ja..? “ aku hanya mengangguk menatapnya dengan air mata yang berjatuhan, tiada sepatah katapun mampu aku ucapkan “ Al, a..ku.. su..dah… ga’… ku..at.. la..gi.. se..la..mat.. ting.. gal.. sa.. ha.. bat.. ku… Al..ya “ ucapnya dengan nafas yang terengah-engah dan suara yang terbata-bata.. “ Ica… Ica.. jangan pergi, kamu pasti kuat.. Ica.. jangan tinggalkan aku sendiri disini “ ucapkan kepada Ica dengan air mata yang mengalir deras dipipiku. Sungguh aku tak sanggup melihatnya, jika saja aku mendengarkannya tadi, mungkin kejadian ini tak akan terjadi, menyaksikan sahabatku sendiri pergi karena menyelamatkanku, karena kebodohanku, kenapa tak kau biarkan aku saja yang pergi bukan kau sahabatku. Detik-detik kepergian sahabatku semakin dekat, aku segera meminta tolong orang sekitarku untuk mengantarnya ke rumah sakit. Saat perjalanan kerumah sakit sahabatku, Ica menghembuskan nafas terakhirnya “ Icaaa…. Icaaa… kumohon kembalilah.. Ica… “ segera kudekap tubuh sahabatku yang telah tak bernyawa itu dengan wajahnya yang pucat, rasa tak percaya menyelimutiku akan kepergiaannya membuat fikiranku kacau sangat kacau, isak tangisku sama sekali tak berhenti untuknya. Tuhan, jika aku bisa menjadi penggantinya maka tolong biarkan aku menggantikan tempatnya, aku tak sanggup Tuhan, pintaku dalam hati kecil.  Namun aku tetap harus mengikhlaskannya pergi, agar dia tenang di sana, semoga kau bahagia disana sahabatku.  Semoga kelak bisa ketemukan sahabat seperti dirimu lagi yang mampu menerimaku apa adanya. Selamat jalan sahabatku, Ica. 


HIDAYAH DARI SEBUAH PERPISAHAN

 Sudah sebulan sejak kejadian itu kualami, kehilangan orang terkasih karena jarak yang memisahkan. Hanya karena jarak ini dia pun pergi meninggalkanku, sudah kuduga semenjak aku pergi hal ini pasti akan terjadi suatu hari nanti. 1 tahun lalu sebelum aku memutuskan pergi jauh darinya untuk mengejar cita-citaku, aku sudah menyakinkannya apakah dia sanggup untuk menjalani hubungan jarak jauh denganku yang terpaut Benua, aku di Jerman dan dia di Indonesia dan dia berkata dia sanggup menjalaninya. Namun semenjak 1 tahun berlalu semuanya hanya sekedar buaian semata, kami berpisah hanya karena alasan jarak ini. Namun aku bersyukur karena setelah perpisahan ini aku dapat  membenahi diriku dengan baik dan semakiin mendekatkan diriku kepada Tuhan dan juga orang tuaku serta menjauhkanku dari segala bentuk maksiat dan perbuatan yang buruk. Perpisahan yang menjadikan diriku lebih dewasa dalam menyikapi segala hal yang terjadi dalam hidupku  dan menjadikanku pribadi yang taat kepada Allah SWT dan juga orang tuaku.
Semuanya berawal kelas 2 SMA aku menjalin hubungan dengannya, kami mulai mengenal sejak SMP sebagai sahabat yang saling mengisi dan mengerti, mungin dari situlah perasaan ini mulai muncul hingga akhirnya setelah sekian tahun dia memberanikan diri unuk menyetakan perasaannya padaku “ Mia aku mau bicara serius sama kamu! “ kata Dio “ mau bicara apa Dio? Tumben serius” jawabku dengan perasaan yang sedikit grogi tapi yah dipaksa jaim tuk mencairkan suasana tegang antara kami “ iyah. Jujur sudah lama aku mau bilang ini. Sebenarnya aku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku? “ ucapnya dengan nada suara yang tegang menunggu jawaban dariku. Aku terkejut namun aku berusaha tenang, aku terus berfikir berulang ulang apa yang harus aku katakan akhirnya setelah sekian menit aku menjawab “ em, Dio. Maaf aku….. ga’ bisa nolak kamu “.. sontak Dio lagsung kegirangan dan memelukku dengan erat saat itu, aku hanya bisa terdiam namun dalam hati kecilku aku bahagia. Dio dia sahabatku, aku sudah mengenal semua sifatnya, hobi dan sebagainya. Kami memiliki hobi yang sama yaitu bermain volley, berpetualang dan menyanyi, kami juga menyukai pelajaran yang sama dan juga makanan favorit yang sama, banyak kesamaan diantara kami dan itu yang membuatku nyaman didekatnya. Namun ada juga hal yang membuatku tidak nyaman karena dia adalah ketua tim volley serta ketua osis disekolahku sekarang, dia menjadi idola banyak perempuan disekolahku dan aku sering melihatnya mendapatkan hadiah dari perempuan-perempuan lainnya dan itu membuatku jengkel, tapi ya sudahlah yang penting dia hanya menyukaiku bukan wanita lain.
Semenjak kami berpacaran kami lebih rutin bertemu dan ngobrol atau main berdua yah walaupun kami berbeda kelas, aku kelas 11 IPA 1 dan dia 11 IPA 3 namun tetap ada kesempatan untuk bertemu. Banyak temanku yang senang melihatku berpacaran dengannya namun ada juga yang tidak suka bahkan sampai mencibir hubungan kami berdua, namun tak pernah kupedulikan namanya juga orang jatuh cinta pastinya tak peduli yang penting kita bahagia itu sudah cukup. Dia selalu menyempatkan waktu untukku sesibuk apaun dia bahkan dia memperkenalkanku secara resmi di depan anggota klub vollynya saat latihan sore, dia selalu minta kutemani saat latihan volley dan aku menikmatinya. Setiap hari minggu kami selalu pergi bersama untuk berpetualang menjelajahi tempat-tempat baru yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Hari hariku terasa selalu bahagia bersamanya walau pastinya ada sedikit masalah atau perdebatan kecil namun hubungan kami tetap lancar. Tidak terasa hari kelulusan akan tiba, sebentar lagi kami akan melepas seragam putih abu-abu kami dan melanjutkan pendidikan kami di universitas. Aku sudah memilih universitas impianku dengan jalur beasiswa, aku mengambil jurusan perminyakan di Jerman dan aku mendapatkannya. Sedangkan dia melanjutkan studinya di Jakarta dengan jurusan bisnis. Jalan yang kami tempuh sudah berbeda, sekarang yang ada dibenakku apakah aku mampu menjalani hubungan jarak jauh dengannya. Dia yang selalu meyakinkanku bahwa kami pasti bisa menjalani hubungan ini, selama kami saling berkomunikasi dengan baik dan akupun mencoba percaya dengan yang dikatakannya.
Hari saat dimana kami harus berpisah cukup jauh dan dia mengantarku hingga Bandara, benar-benar hari yangberat namun apalah daya inilah takdir kami berdua. Sebelum aku pergi aku memeluknya dengan erat dan akupun menangis di pelukannya, setelah itu akupun pergi meninggalkannya dengan berat hati. Dia hanya bisa menatap kepergianku dan mengucapkan “ Selamat tinggal sayang. Hati-hati disana, aku akan selalu menunggu kedatanganmu disini “ dengan menitikkan air mata. Sesampainya di Jerman aku segera mempersiapkan segala perlengkapan untuk masuk kuliah, di tempatku yang baru ini suasana sangat indah. Aku menyempatkan diri untuk berjalan-jalan dan melihat banyak hal menakjubkan disini, ditemani dinginnya salju yang menyelimuti suasana disini tanpa kurasa senja telah menjelang dan aku harus kembali kekamarku untuk istirahat. Malam pun tiba aku mencoba menghubungi Dio untuk mengabarkan keadaanku disini dengan panggilan video call dan dia mengangkatnya, kami pun berbincang lama saling menceritakan keadaan masing-masing dengan pengalaman baru yang menakjubkan. Aku memperlihatkan kepadanya tempat baruku dan begitupun dia memperlihatkan kampus barunya, setelah itu kami pun mengakhiri perbincangan kami. 
Hari pertamaku masuk kuliah semoga hari ini berjalan lancar dan ternyata benar hari ini semua berjalan dengan lancar, akupun mendapatkan banyak teman baru disini. Hari ini seusai pulang kuliah kami dipersilahkan untuk bergabung kedalam klub favorit kami, dari sekian banyak klub aku memilih klub jelajah alam karena kau sangat menyukainya dan teman baruku dalam klub juga sangat ramah dengan anggota baru, aku juga bertemu beberapa teman baru yang bersal dari Indonesia di klub ini. Akhirnya setelah pemilihan klub aku pulang, teman-temanku mengajakku untuk pergi ke kafe dan makan kue serta kopi disana, akupun menyetujuinya. Sudah 8 bulan aku tinggal di Jerman dan semuanya berlalu begitu cepat selama 3 bulan terakhir ini kegiatanku sangat padat di tempat kuliah mulai dari praktek dan juga kegiatan klub yang banyak. Namun semenjak 3 bulan terakhir ini Dio tak pernah sekalipun menghubungiku bahkan saat aku menghubunginya dia tak mengangkatnya, sebenarnya apa yang terjadi dengannya apakah dia baik-baik saja. Bahkan di akun sosialnya diapun tidak pernah aktif selama 4 bulan terakhir ini, aku benar-benar mengkhawatirkannya. Terakhir saat dia menghubungiku dia bilang sedang sibuk dalam beberapa minggu dan tidak bisa menghubungiku namun ini sudah 3 bulan. Padahal aku ingin memberikannya kejutan bahwa 2 bulan lagi aku akan pulang ke Indonesia untuk berlibur namun dia tak ada kabarnya. Sempat terfikir sesuatu yang buruk dibenakku apakah dia selingkuh?.. tapi kutepis jauh-jauh fikiran itu dari benakku. 2 bulan pun telah berlalu, saatnya aku pulang ke Indonesia dan memberikannya kejutan dengan kedatanganku.
Akhirnya aku sampai di Indonesia ayah dan ibu telah menjemptku di Bandara dengan segera aku mendatangi mereka dan segera memeluk mereka erat-erat, sungguh aku rindu kepada mereka. Setelah 1 jam perjalanan aku pun sampai dirumah, sampai dirumah aku langsung masuk kamar dan merebahkan badanku diatas kasur. Beberapa saat kemudian aku segera mengambil Handphoneku dan menghubungi Dio namun tak diangkat, berkali-kali aku menghubunginya. Aku pun memutuskan untuk datang ke rumahnya besok dan memberinya kejutan. Keesokan harinya akupun datang kerumahnya engan membawa sejuta cinta dan kerinduan padanya, namun apa daya saat aku sampai baru saja aku ingin mengetuk pintunya, dia keluar bukan sendiri melainkan dengan seorang wanita yang sama sekali tak kukenal. Dio merangkul pundak wanita itu dengan penuh kemesraan, kulihat raut kedua wajah mereka menunjukkan rasa bahagia seolah mereka sedang dimabuk Cinta yang teramat dalamnya, aku hanya bisa mencoba tenang dan tegar. Saat aku menatap mereka Dio pun tersadar bahwa ada aku di depannya, diapun sontak terkaget dan segera melepas rangkulannya dari wanita cantik itu, “ Miaa… sejak kapan kamu disini?kapan kamu pulang? Kenapa tak mengabariku? “ Tanya Dio dengan suara yang aga’ gugup dan wajah terkejutnya. Namun tiba-tiba wanita itu bertanya “ Sayang, siapa wanita ini? Apakah dia saudaramu atau temanmu?” Tanya wanita itu kepada Dio dengan wajah penasaran. Aku hanya bisa berkata “ Jahat kamu Dio!!” dengan nada sedih dan aku segera berlari pergi dari mereka, dari Dio yang telah menghianatiku dan meninggalkanku dengan cara yang kejam menurutku, Duniaku seakan runtuh mengetahui kenyataan ini, Oh Tuhan apa sebenarnya salahku?... tanyaku dalam hati kecil ini. Saat aku pergi dari rumah Dio, dia langsung pergi dan mengejarku tanpa menghiraukan wanita barunya, secepat mungkin dia mencoba mengejarku hingga ia meraih tanganku dan menarikku secepat mungkin padanya “ maafkan aku Mia! Aku tak bermaksud menyakitimu, aku hanya tidak bisa menjalani hubungan dengan jarak yang jauh. Aku tak sanggup menjalaninya dan aku dengannya hanya sebagai pelampiasan sambil menunggumu pulang Mia. Kumohon percayalah padaku!” ucap Dio dengan wajah yang bersalah padaku. “ Dio, jika memang kau tak bisa menjalani hubungan ini kenapa tak kau bilang dari awal saja. Bukannya aku sudah bertanya padamu dulu, jika kau tak sanggup maka kita akhiri hubungan ini saja, tapi kau bilang sanggup karena kau mencintaiku. Kau benar-benar jahat Dio, menjadikan wanitaitu sebagai pelampiasanmu. Aku sama sekali tak ingin bertemu denganmu lagi. Semoga bahagia dengan wanita barumu. Dan satu lagi kau adalah lelaki terjahat yang pernah kukenal, terima kasih atas semua yang telah kau lakukan padaku“ jawabku dengan air mata yang mengalir membasahi kedua pipiku dan kemudian segera kupergi dari hadapannya. Dio hanya terdiam, terpaku dan menatapku pergi, mungkin dia hanya bisa menyesali semua kesalahannya kepadaku.
Aku tak tau harus kemana aku pergi menumpahkan segala kesedihan dan keluh kesahku kepada siapa, tak ada orang yang bisa kujadikan tempat bercurah hati. Dadaku terasa seperti tertususuk ribuan pisau tajam yang tepat mengenai dadaku ini, sesak dan sakit sangat kurasakan. Sungguh hati terasa remuk, hancur berkeping-keping bagai gelas yang pecah, fikiranku terasa kacau tak tau harus bagaimana lagi caranya menghadapi semua ini. Seharusnya aku tak pernah mengenalnya, tak pernah mencintainya dan juga tak harus percayanya, jika akhirnya dia hanya membuat sakit seperti ini, sungguh kubenci dirinya orang yang dulu kucintai sepenuh hati, selamat tinggal kenanganku. Mungkin sekaranglah saatnya bagiu untuk kembali pada Tuhan sang Pencipta, sudah lama aku lalai pada-Nya, mungkin inilah cara Tuhan untuk menegur dan mengingatkanku untuk selalu taat dan beribadah kepada-Nya. Kumantapkan hatiku unutuk pergi ke Masjid dan beribadah kepada-Nya serta menumpahkan segala keluh kesahku selama ini, tak lupa aku memohon ampun pada-Nya atas semua kelalaian dan kesalahanku pada-Nya, memohon ampunan karena telah lebih mencintai Dio daripada mencinta-Nya yang padahal sama sekali tak baik bagiku “ ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan bimbinglah aku selalu dijalanmu. Selalu sertakan hidayah-Mu padaku ya Allah “ pintaku dalam do’a. Setelah seminggu kejadian itu aku semakin taat beribadah kepada Tuhan, aku hanya berdiam diri dirumah dan merenungi segala kesalahan serta dosaku selama ini, akupun mencoba memperdalam ilmu agamaku dengan membaca buku-buku tentang Islam milik Ayahku selama seminggu ini dan aku  pun mendapat hidayah dari Tuhan untuk menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslimah yaitu berhijab. Aku menyampaikan niatku kepada Ayah dan Ibu ku untuk berhijab, dan mereka sangat mendukungku “ Alhamdulillah akhirnya anak Ayah mau berhijrah, dengan menggunakan hijab, ayah akan selalu mendukungmu sayang “ jawab ayahku denga perasaan senang dan haru, Ibuku tersenyum manis padaku. “ Iya ayah, akhirnya Allah memberikan HIdayah padaku untuk berhijrah kejalan-Nya, ayah. Ayah Ibu maafkan aku selama ini selalu melawan perkataan ayah ibu, Maafkan aku ayah ibu ?? “ ucapku dengan rasa bersalah kepada ayah ibu dan tiba-tiba air mata telah mengalir membasahi pipiku, segera kurangkul ayah ibu dan mereka mengangguk, balik merangkulku. Sungguh rasa syukur yang termat besar kepada Allah karena telah memberikanku hidayah dari sebuah perpisahan.

Foto penulis, salam kenal Fidyah020

 Terima kasih sudah membaca guys,,,
 


</